Senin, 23 Juni 2008

A Father Prayer by General Douglas MacArthur


Build me a son, O Lord, who will be strong enough to know when he is weak, and brave enough to face himself when he is afraid; one who will be proud and unbending in honest defeat, and humble and gentle in victory.

Build me a son whose wishbone will not be where his backbone should be; a son who will know Thee ?and that to know himself is the foundation stone of knowledge.

Lead him I pray, not in the path of ease and comfort, but under the stress and spur of difficulties and challenge. Here let him learn to stand up in the storm; here let him learn compassion for those who fail.

Build me a son whose heart will be clear, whose goal will be high; a son who will master himself before he seeks to master other men; one who will learn to laugh, yet never forget how to weep; one who will reach into the future, yet never forget the past.

And after all these things are his, add, I pray, enough of a sense of humor, so that he may always be serious, yet never take himself too seriously. Give him humility, so that he may always remember the simplicity of true greatness, the open mind of true wisdom, the meekness of true strength.

Then, I, his father, will dare to whisper, have not lived in vain.

Tuhanku ...
Bentuklah puteraku menjadi manusia yang cukup kuat untuk mengetahui,
manakala ia lemah.
Dan cukup berani menghadapi dirinya sendiri, manakala dia takut.
Manusia yang bangga dan teguh dalam kekalahan, jujur dan rendah hati
serta berbudi halus dalam kemenangan.
Bentuklah puteraku menjadi manusia yang hasrat-hasratnya tidak
menggantikan yang mati, putera yang selalu mengetahui Engkau, dan insyaf
bahwa mengenal dirinya sendiri adalah landasan pengetahuan.
Tuhanku ...
Aku mohon agar puteraku jangan dibimbing dijalan yang mudah dan lunak,
tetapi dibawah tekanan dan desakan kesulitan dan tantangan. Didiklah
puteraku supaya teguh berdiri diatas badai serta berbelas kasihan
terhadap mereka yang gagal.
Bentuklah puteraku supaya menjadi manusia yang berhati jernih, yang
cita-citanya tinggi. Putera yang sanggup memimpin dirinya sendiri
sebelum berhasrat memimpin orang lain.
Putera yang menjangkau hari depan namun tidak pernah melupakan masa
lampau.
Dan setelah itu menjadi miliknya, aku mohon agar puteraku juga diberi
perasaan jenaka, agar dia dapat serius tanpa dirinya terlampau serius.
Berilah dia juga kerendahan hati agar dia dapat selalu ingat pada
kesederhanaan dan keagungan asli, pada sumber kearifan dan pada
kelembutan juga pada kekuatan asli.
Dengan demikian maka, aku ayahnya, akan memberanikan diri dan berbisik :
"Hidupku tidak sia-sia".

Tidak ada komentar: