Rabu, 29 Oktober 2008

Hadapi Krisis dengan SMILE

Kita semua tentu tahu bahwa saat ini negara super power Amerika sedang dalam masalah / krisis keuangan. Menurut surat kabar KOMPAS penyebab dari krisis ekonomi AS adalah penumpukan hutang nasional yang mencapai 8.98 triliun USD, pengurangan pajak korporasi, pembengkakan biaya perang irak dan afghanistan, dan yang paling krusial adalah Subprime Mortgage: Kerugian surat berharga property sehingga membangkrutkan Lehman Brothers, Merryl Lynch, Goldman Sachs, Northern Rock,UBS, Mitsubishi UF.

Dan untuk mengatasi krisis keuangan kali ini Pemerintah Amerika Serikat melakukan penyelamatan terbesar sejak krisis 1929 berupa pemberian dana talangan atau bantuan likuiditas kepada industri keuangannya yang bermasalah sebesar USD700 miliar atau setara dengan Rp6.500 triliun. Bantuan dana talangan ini diputuskan melalui perdebatan panjang selama dua pekan, melibatkan para anggota Kongres dan kantor kepresidenan.

Setelah keputusan tersebut diambil, banyak para ahli ekonomi dunia yang memberikan komentar baik yang bersifat mendukung hal tersebut maupun banyak pula yang menganggap bahwa dana talangan yang diberikan adalah sebuah hal yang sia-sia.

Satu pertanyaan yang perlu kita pelajari dari hal tersebut adalah apakah keputusan presiden Amerika yang di dukung anggota kongres untuk pemberian dana talangan itu merupakan hal yang benar dan dapat mengatasi krisis keuangan yang terjadi? Tentu saja sampai saat ini kita belum tahu jawaban dari pertanyaan tersebut.

Tetapi ada suatu hal yang menarik di balik peristiwa krisis ini. Kata ‘krisis’ ternyata berasal dari kata Yunani kriðnw (baca :Krino) yang berarti mengambil satu dari dua kemungkinan yang ada. Krisis berarti keputusan, dalam keadaan krisis manusia memang dipaksa mengambil keputusan dari setiap langkahnya. Maju, mundur, menerima, menolak.

Hal ini yang terjadi dengan bangsa Amerika, di saat negara mereka mengalami krisis, para pemimpin bangsa Amerika dituntut untuk mengambil sebuah keputusan penting guna menyelamatkan kondisi perekonomian negara. Mereka tidak bisa hanya berdiam diri melihat keadaan yang memburuk, melainkan dalam keadaan yang sulit sebuah keputusan penting harus diambil.

Kini krisis yang dialami oleh Amerika Serikat telah berpengaruh terhadap banyak negara lain di dunia, termasuk Indonesia. Yang pada akhirnya berdampak pula terhadap kita warga negara yang tinggal di Indonesia. Fenomena ini dapat kita lihat dalam beberapa hari ini dimana harga dollar relatif tidak stabil dan terus mengalami kenaikan.

Dalam keadaan krisis seperti ini maka kehidupan yang kita jalanipun cenderung akan semakin sulit. Coba kita lihat omset penjualan perusahaan saat ini dibanding dengan penjualan bulan lalu jelas terlihat sebuah penurunan volume penjualan. Bagi seorang tenaga penjualan penurunan omset akan berdampak terhadap penurunan komisi yang di terima. Sedangkan bagi perusahaan bila penurunan omset terus terjadi maka bukan tidak mungkin akan terjadi rasionalisasi / pengurangan jumlah karyawan.

Dalam kondisi seperti ini kita tidak bisa hanya duduk diam melihat kondisi krisis ini terjadi dalam kehidupan kita. Sesuai dengan makna dari kata Yunani kriðnw maka yang harus kita lakukan saat ini adalah kita harus mengambil sebuah keputusan. Walaupun saat ini kondisi dunia dan juga Indonesia sedang di landa krisis, paling tidak kita masih bisa dapat bertahan dan melewati keadaan ini.

Berikut adalah metode SMILE yang dapat menolong kita untuk mengambil keputusan yang tepat di saat krisis.


  1. Spiritualitas

Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan kepada KeTuhanan yang maha esa. Ini berarti bahwa kita percaya akan adanya Tuhan, dan meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan ini diatur oleh Tuhan. Keyakinan ini akan membuat kita lebih tenang dalam menghadapi krisis. Hal ini juga dapat mengingatkan kita untuk kembali berdoa kepada Tuhan, kalau selama ini mungkin kita terlalu sibuk dan lupa untuk berdoa. Pada masa krisis biasanya pengunjung rumah ibadah akan lebih meningkat.

  1. Melihat dari sisi positif

Dalam kondisi krisis biasanya banyak pengamat ekonomi dadakan yang mencoba memberikan analisa ekonomi, padahal apa yang mereka ketahui sangatlah tebatas. Coba kita perhatikan berapa banyak email yang kita terima akhir-akhir ini mengenai krisis dan membuat kita bertambah takut. Dalam segala kondisi selalu ada hal positif yang kita petik, janganlah selalu melihat keadaan ini dari sisi negatif. Ketika krisis terjadi tahun 1998 toko buku Gramedia mengalami peningkatan omset yang luar biasa di bandingkan tahun sebelum krisis terjadi.

  1. Irit

Krisis adalah saat yang tepat untuk kita memulai pola hidup sederhana. Irit bukan berarti pelit, tetapi bijaksana dalam mengelola keuangan. Dalam kondisi seperti ini ada baiknya kita mengurangi pengeluaran yang tidak perlu dan tidak mendesak.

  1. Lebih Keras

Bila selama ini kita sudah merasa nyaman dengan usaha yang kita lakukan, hal ini tidak dapat kita lakukan dalam kondisi krisis. Kondisi krisis menuntut kita untuk bekerja lebih keras dan cerdas. Karena pasar cenderung lebih sepi, untuk mendapatkan hasil yang lebih maka kita juga harus bekerja dengan lebih pula.

  1. Enjoy

Menurut sebuah survey pada saat krisis tingkat orang yang mengalami stress akan meningkat. Untuk menghindari hal ini terjadi maka kita harus bisa mengantisipasinya sesuai dengan filosofi ” Do the best, the rest is God” Lakukan yang terbaik, dan mengenai hasilnya serahkan kepada Tuhan. Hal ini akan membuat kita tetap dapat bersuka cita dalam berbagai kondisi apapun.

Pada akhirnya kita memang tidak dapat menahan lajunya krisis yang terjadi di dunia saat ini, tetapi kita dapat menahan krisis itu tidak terjadi dalam hidup kita mulai dengan menghadapinya dengan SMILE.