Negara kita Indonesia mempunyai banyak sekali pahlawan yang telah berjuang untuk mempertahankan negara dan memperjuangkan kebenaran. Salah satu tokoh pahlawan yang kita kenal adalah pahlawan Jenderal Sudirman yang patungnya sekarang ini berdiri kokoh di jalan utama Jenderal Sudirman Jakarta. Jenderal Sudirman merupakan salah satu tokoh besar di antara sedikit orang lainnya yang pernah dilahirkan oleh suatu revolusi. Saat usianya masih 31 tahun ia sudah menjadi seorang jenderal. Meski menderita sakit paru-paru yang parah, ia tetap bergerilya melawan Belanda.
Sudirman merupakan salah satu pejuang dan pemimpin teladan bangsa ini. Pribadinya teguh pada prinsip dan keyakinan, selalu mengedepankan kepentingan masyarakat banyak dan bangsa di atas kepentingan pribadinya. Ia selalu konsisten dan konsekuen dalam membela kepentingan tanah air, bangsa, dan negara. Bahkan ketika Agresi Militer II Belanda, ia yang dalam keadaan lemah karena sakit tetap bertekad ikut terjun bergerilya walaupun harus ditandu. Dalam keadaan sakit, ia memimpin dan memberi semangat pada prajuritnya untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda. Seorang figur pejuang yang tidak mudah menyerah bahkan rasa sakitpun tak mampu menghalanginya.
Hingga akhirnya ia meninggal pada tanggal 29 Januari 1950 di usia yang masih relatif muda, 34 tahun karena kuman tuberkulosis yang semakin menggerogoti paru-parunya selama ia berbulan-bulan masuk keluar hutan.
Sebuah harga yang begitu mahal untuk sebuah perjuangan mendapatkan kemerdekaan. Perjuangan yang menuntut pengorbanan yang tidak ringan dan daya tahan yang tinggi.
Sesuai dengan definisi yang tercantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Perjuangan : kb.perkelahian (merebut sesuatu); peperangan; usaha yg penuh dengan kesukaran dan bahaya.
Dari definisi di atas kita bisa melihat bahwa untuk sebuah perjuangan ada suatu usaha yang harus di lakukan yang terkadang membawa kita berhadapan dengan kesukaran dan bahaya. Namun apakah sebuah perjuangan hanya dapat di lakukan oleh seorang pahlawan seperti Jenderal Sudirman atau pahlawan-pahlawan lainnya?
Dalam sebuah esai yang ditulis di majalah mingguan Time edisi 10 Oktober 2005 bertajuk The Making of A Hero, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berbicara panjang lebar tentang sosok pahlawan. Menurutnya, setiap masyarakat membutuhkan pahlawan, dan masyarakat itu sendiri sesungguhnya mempunyai pahlawan.
Salah satu yang di contohkan adalah seorang wanita bernama Butet Manurung yang tergerak pada perjuangan hidup suku orang rimba, lalu ia mengabdikan diri di pedalaman Jambi. Di tempat itu Butet mengenalkan cara membaca, menulis, hingga berbahasa Indonesia kepada anak-anak suku orang rimba.
Jadi, siapa pun sebenarnya dapat tampil sebagai sosok pahlawan. Tergantung konteksnya: dalam lingkup apa, dalam hal apa, serta untuk siapa.
Pahlawan yang dimaksud atau dimaui Presiden SBY dalam esainya tadi tampak dalam konteks negara dan kebangsaan. Definisi pahlawan yang dirumuskannya, sebagaimana kuotasi/kutipan di bawah ini, menunjukkan kemauannya yang seperti itu."Heroes are selfless peoples who perform extraordinary acts. The mark of heroes is not necessarily the result of their action, but what they are willing to do for other and for their chosen cause. Even if they fail, their determination lives on for others to follow. Their glory lies not in the achievement, but in the sacrifice." (Susilo Bambang Yudhoyono, Time, 10 Oktober 2005, hal 58).
Kalau diterjemahkan bebas kuotasi tersebut bermakna: Pahlawan adalah orang (biasa) yang tidak egois dan berbuat sesuatu yang luar biasa. Penghormatan kepada pahlawan tidak harus selalu dilihat hasilnya. Bahkan jika gagal sekalipun, kemauan kerasnya untuk berbuat sesuatu untuk orang lain akan terus dikenang. Jadi, kebesaran seorang pahlawan tidak diukur dari hasil yang dicapai, melainkan kesediaannya berkorban untuk sesamanya.
Dengan demikian secara implisit bapak presiden kita menyatakan bahwa anda dan saya juga bisa menjadi seorang pahlawan bagi negara kita. Asalkan kita mau berkarya, berjuang untuk memberikan kontribusi berupa sebuah karya yang berguna untuk orang lain.
Prosesnya terkadang bisa dimulai dengan sebuah idealisme. Secara mudah idealisme dapat diartikan sebagai cita-cita yang ingin dicapai oleh seseorang atau kelompok orang. Idealisme bukan sembarang cita-cita, namun cita-cita yang tinggi dan luhur, suatu nilai kebenaran dan harga diri, serta hasrat untuk mencapai hasil yang istimewa. Pada dasarnya setiap orang mempunyai idealisme, dan merupakan salah satu hal penting dalam hidup seseorang. Dengan idealisme orang dapat melakukan hal yang luar biasa, bertahan pada suatu prinsip yang diyakini bahkan rela hidup menderita demi mempertahankan pandangan dan kehormatan.
Coba luangkan waktu sejenak untuk memikirkan apa idealisme yang anda miliki dalam hidup anda? Apa yang ingin anda kerjakan dan berikan untuk kehidupan ini? Bicara mengenai idealisme maka akan ada begitu banyak hal yang terlintas dalam kepala dan ingin anda lakukan. Tetapi dalam kenyataannya jarang sekali kita menindaklanjuti impian kita tersebut. Karena banyak kali idealisme kita terhalang oleh realita yang ada.
Sebenarnya apa yang dimaksud dengan realita? Realita adalah sesuatu yang kita lihat, fakta yang natural dan ilmiah. Contoh: hukum, prinsip dan formula. Realita sangat berdasar kepada sesuatu yang dapat kita lihat bukan berdasar pada apa yang tidak kita lihat. Benda-benda seperti pakaian, TV, komputer, mobil, rumah, uang, toko, bengkel dan lain-lain adalah hal-hal yang kelihatan. Sedangkan idealisme adalah sesuatu yang belum kelihatan, masih berupa sesuatu yang berada di pikiran kita dan ingin kita capai atau lakukan.
Kebanyakan orang hanya memikirkan area fisik atau sesuatu yang kelihatan dan mengabaikan atau tidak berani berfikir tentang yang belum / tidak kelihatan. Padahal yang kelihatan itu sifatnya hanya sementara, realita tidaklah kekal dan bisa berubah.
Ada sebuah ilustrasi yang menggambarkan bahwa realita itu tidaklah tetap.
Wright bersaudara tinggal dimasa manusia saat itu belum mengenal pesawat terbang. Manusia saat itu percaya realita bahwa manusia tidak bisa terbang. Tetapi dua orang bersaudara ini mempunyai suatu idealisme bahwa pada pemikirannya manusia bisa terbang. Dan sejarah mencatat bahwa mereka telah menemukan alat baru untuk membantu manusia bisa melakukan transportasi melalui jalur udara.
Dari hal ini jelas sekali kita melihat bahwa setiap perjuangan yang ingin kita lakukan dalam banyak hal akan menemui banyak kendala, tantangan, sebuah keadaan dimana idealisme dan realita saling bertentangan. Tetapi dalam banyak kasus kita juga melihat bahwa segala permasalahan yang dihadapi tersebut adalah sebuah proses pemurnian untuk mencapai impian.
Karena perjuangan yang kita lakukan melewati segala proses yang berliku dan medan yang tidak ringan itu pada akhirnya akan memberikan sebuah hasil yang dapat dinikmati oleh banyak orang. Untuk itu sudah saatnya bagi kita agar tidak segera menguburkan idealisme yang selama ini telah kita miliki. Mari hadapi segala tantangan, bukan dengan tangisan ataupun keluhan tapi dengan kekuatan dan daya tahan yang pada akhirnya membuat kita layak di sebut sebagai seorang Pahlawan.
”Bukanlah sebuah rahasia, bila setiap kita adalah seorang pahlawan. Hanya terkadang kita tidak menyadari akan hal tersebut. Lakukanlah apa yang mau anda kerjakan, berikan yang terbaik dan anda telah menjadi seorang pahlawan.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar