Kalau setiap kita di beri kesempatan untuk memilih orang tua kita, kira-kira orang tua macam apa yang kita bayangkan?
Banyak orang dengan antusias menjawab bahwa mereka berharap di lahirkan dengan kondisi orang tua yang kaya raya, berkelimpahan harta. Bahkan kalau bisa menjadi anak tunggal, sehingga seluruh kasih sayang dan harta hanya untuk kita seorang. Alangkah indahnya hidup ini…………
Yah….seorang tukang sayur yang menjual bermacam sayuran seperti: kangkung, bayam, selada dan sawi yang biasa kita makan bersama mie instant.
Sewaktu saya masih duduk di bangku SLTA, ketika teman-teman sebaya saya berangkat sekolah dengan mengendarai sepeda motor, maka saya hanya bisa berangkat sekolah dengan naik mobil omprengan.
Terkadang di sore hari sepulang sekolah ada sebuah tugas menanti, yaitu untuk mengantar sayur ke rumah kakak saya. Jadi dengan mengendarai sepeda kumbang dan keranjang besar yang memuat bermacam sayuran, saya menunaikan tugas sebagai seorang anak. Pernah suatu kali ketika mengantar sayur saya bertemu dengan teman sekelas saya “Oh…tidak…kalau sampai ketahuan saya ngantar sayur, bisa berabe nih. Nanti bisa cerita ke teman-teman sekelas hancur reputasi saya,”pikir saya.
Maka saya memalingkan muka dan pura-pura tidak melihat. Sejak saat itu setiap kali mengantar sayur saya selalu memakai topi. Jadi saya bisa menyembunyikan wajah di balik topi saya.
Karena kondisi tersebut pernah suatu kali saya berpikir kalau saja bisa memilih, maka sayapun mau dilahirkan di dalam keluarga yang kaya raya. Sehingga saya tidak perlu malu seperti ini.
Waktupun berganti, saya sekarang bukanlah seorang anak SLTA lagi. Saya sudah mempunyai sebuah jabatan yang cukup baik di sebuah perusahaan besar dengan fasilitas kendaraan dan kompensasi yang sangat baik. Saya sudah menikah dengan 2 orang anak dan tinggal di rumah pribadi kami.
Walaupun begitu papa saya masih tetaplah seorang tukang sayur yang masih harus bangun pagi untuk berjualan di pasar dan berangkat ke kebun untuk menanam dan memelihara sayurnya.
Tetapi sekarang pandangan saya tentang papa saya sudah berubah 180 derajat. Beberapa tahun belakangan ini saya sering membawakan training untuk teman-teman maupun untuk karyawan di kantor. Dalam setiap kesempatan saya selalu menampilkan foto papa saya, dan dengan bangga saya katakan bahwa saya adalah anak seorang tukang sayur.
Saya tidak lagi bersembunyi di balik topi, takut kalau ada yang tahu kalau saya anak seorang tukang sayur, tapi sekarang saya ingin semua orang tahu bahwa saya anak seorang tukang sayur yang mempunyai 10 orang anak.
Saya menarik semua kata-kata saya yang dulu pernah saya ucapkan, saya tidak menyesal lahir sebagai anak seorang tukang sayur. Karena dari papa sayalah saya belajar bagaimana bekerja dengan disiplin dan kerja keras.Hingga saya bisa menjadi seperti sekarang ini.
Hari ini senin, 1 Oktober 2007 papa saya tepat berusia 73 tahun. Banyak hal yang telah saya dapatkan darinya selama ini. Dan saya bersyukur bisa menjadi salah seorang anaknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar